oleh manajemenfeb | Agu 15, 2024 | Berita
Klaten, 27 Juli 2024 – Dusun Jiwowetan diwarnai dengan semangat edukasi finansial melalui kegiatan sosialisasi yang diinisiasi oleh Sri Lestari, mahasiswi jurusan Manajemen dari Universitas Diponegoro (Undip). Sosialisasi ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) TIM II 2023/2024 yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui edukasi tentang pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak. Kegiatan ini diberi tajuk “Cegah Pinjol dengan Menabung” dan dilaksanakan bersama kelompok RISMAB (Remaja Islam Al-Barokah).
Sri Lestari melihat bahwa fenomena pinjaman online (pinjol) ilegal telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang memiliki pemahaman tentang literasi keuangan. Maraknya tawaran pinjol dengan prosedur yang mudah dan cepat sering kali menjerat masyarakat dalam lingkaran utang dengan bunga yang tinggi. Oleh karena itu, sosialisasi ini difokuskan pada pencegahan jeratan pinjol melalui pendekatan yang sederhana namun efektif, yaitu menabung.
Dalam paparannya, Sri Lestari menjelaskan bahwa kebiasaan menabung merupakan salah satu cara paling aman untuk mempersiapkan diri menghadapi kebutuhan mendesak tanpa harus terpaksa meminjam uang dari pinjol ilegal. “Menabung memang tidak selalu mudah, terutama bagi remaja yang memiliki banyak kebutuhan. Namun, dengan disiplin menabung meski dalam jumlah kecil, kita dapat membangun ketahanan finansial untuk masa depan,” jelasnya.
Acara ini dihadiri oleh puluhan anggota RISMAB yang merupakan remaja setempat. Dengan pendekatan yang interaktif, Sri Lestari berhasil menarik perhatian para peserta melalui diskusi yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Para peserta juga diajak untuk lebih memahami bahaya pinjaman online ilegal, termasuk risiko tersembunyi seperti bunga yang mencekik, denda keterlambatan yang besar, serta potensi penyalahgunaan data pribadi.
Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang bagaimana cara memulai menabung di tengah keterbatasan ekonomi. Menanggapi hal ini, Sri menekankan bahwa menabung tidak selalu berarti harus menyisihkan jumlah yang besar. “Mulailah dengan jumlah yang kecil dan lakukan secara konsisten. Yang terpenting adalah membangun kebiasaan dan mentalitas menabung,” tambahnya.
Di samping itu, Sri juga memberikan tips praktis untuk menabung, seperti memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, membuat anggaran keuangan sederhana, dan memanfaatkan celengan atau rekening tabungan khusus untuk menyimpan uang secara aman.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga menanamkan kesadaran di kalangan remaja tentang pentingnya mengelola keuangan pribadi dengan bijak. Para peserta tampak antusias dan bersemangat untuk mulai mempraktikkan kebiasaan menabung dalam kehidupan sehari-hari mereka. “Saya merasa lebih paham tentang bagaimana mengatur uang dengan baik dan pentingnya menabung. Saya akan coba untuk disiplin menabung dari sekarang,” ujar salah satu peserta yang aktif dalam diskusi.
Selain para peserta, tokoh masyarakat setempat juga memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Mereka berharap agar edukasi finansial seperti ini dapat terus dilanjutkan dan diperluas jangkauannya, sehingga masyarakat Dusun Jiwowetan, khususnya kalangan remaja, bisa lebih terlindungi dari bahaya pinjol ilegal. Dengan demikian, mereka dapat meraih masa depan yang lebih cerah dan stabil dari segi finansial.
Dengan berakhirnya sosialisasi ini, Sri Lestari berharap bahwa apa yang telah disampaikan dapat menjadi bekal berharga bagi generasi muda di Dusun Jiwowetan. Menabung bukan sekadar menyimpan uang, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk membangun masa depan yang lebih aman dan terhindar dari risiko jeratan utang yang tidak terkendali. Edukasi finansial yang berkelanjutan diyakini akan mampu menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan bijaksana dalam mengelola keuangan mereka.
oleh manajemenfeb | Agu 14, 2024 | Berita
Wonogiri, 23 Juli 2024 — Tim II KKN Universitas Diponegoro melaksanakan program sosialisasi dan simulasi wirausaha di SD Negeri 1 Pokoh Kidul, Dusun Pengkol, Desa Pokoh Kidul, Wonogiri. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep dasar wirausaha kepada siswa SD sejak dini, dengan harapan dapat menumbuhkan minat dan kemampuan berwirausaha serta mempersiapkan mereka menjadi generasi yang mandiri dan inovatif di masa depan.
Latar belakang dari pelaksanaan program ini adalah pentingnya pengembangan keterampilan wirausaha pada usia dini di Desa Pokoh Kidul. Melalui kegiatan ini, diharapkan anak-anak dapat memahami bagaimana kreativitas dapat diterapkan dalam bisnis, sekaligus memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ekonomi dan kemandirian masyarakat desa.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 08.00 hingga 10.00 ini diikuti oleh delapan siswa kelas 4 SD Negeri 1 Pokoh Kidul. Dalam sesi tersebut, para siswa diajak untuk membuat berbagai kerajinan dari manik-manik, yang kemudian dipacking dan disiapkan untuk dijual. Melalui proses ini, para siswa tidak hanya belajar tentang kreativitas dalam membuat produk, tetapi juga memahami langkah-langkah dasar dalam berwirausaha, mulai dari menentukan ide, membuat produk, hingga strategi menjualnya.
Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang bagaimana menjadi seorang wirausahawan. Dalam sesi pembuatan manik-manik, para siswa belajar untuk menggunakan kreativitas mereka dalam membuat produk yang unik dan menarik. Setelah produk selesai dibuat, mereka juga diajarkan cara mempromosikan dan menentukan harga produk tersebut, serta bagaimana menjualnya kepada teman dan keluarga.

Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh para siswa. Mereka terlihat bersemangat dalam membuat manik-manik dan belajar tentang langkah-langkah berwirausaha. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan wirausaha lebih lanjut di masa depan.

Menurut Tim II KKN Universitas Diponegoro, program ini merupakan bagian dari upaya untuk memberikan pendidikan yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan menanamkan jiwa wirausaha sejak dini, diharapkan para siswa dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.
Sebagai penutup, program ini berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermanfaat, serta menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk mencoba hal-hal baru dalam dunia wirausaha. Ke depannya, Tim II KKN Universitas Diponegoro berencana untuk terus mendukung kegiatan-kegiatan serupa yang dapat memberikan dampak positif bagi pendidikan dan ekonomi masyarakat Desa Pokoh Kidul.
oleh manajemenfeb | Agu 14, 2024 | Berita, Riset Pengabdian
Karanganyar, 20 Juli 2024 – Desa Munggur, yang terkenal dengan keberagaman UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), telah menjadi salah satu target utama program KKN (Kuliah Kerja Nyata) tahun ini. Di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi, saya Alif Pasya Mudzaki dari Universitas Diponegoro telah berinisiatif untuk mengintegrasikan teknologi dalam mendukung keberlangsungan usaha kecil di desa ini. Salah satu upaya yang paling menonjol adalah penggunaan fitur katalog pada WhatsApp Business.
Dalam era digital, WhatsApp telah menjadi aplikasi perpesanan yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Kehadirannya yang masif dan mudah diakses membuat WhatsApp menjadi alat yang efektif untuk berkomunikasi dan memasarkan produk. Fitur katalog di WhatsApp Business memungkinkan pelaku UMKM menampilkan produk mereka secara terstruktur dan profesional, memudahkan pelanggan untuk melihat dan memilih produk tanpa harus datang langsung ke lokasi usaha. Kami yang bertugas di Desa Munggur fokus pada pelatihan dan pendampingan pelaku UMKM dalam memaksimalkan fitur ini. Mereka mengajarkan bagaimana cara membuat dan mengelola katalog, menambahkan deskripsi produk yang menarik, serta cara membagikan katalog tersebut ke calon pelanggan. Para mahasiswa juga membantu pelaku UMKM untuk membuat konten visual yang menarik sehingga produk yang ditampilkan di katalog dapat lebih menggugah minat konsumen.
Setelah beberapa minggu penerapan, hasilnya sangat positif. Banyak UMKM di Desa Munggu yang melaporkan peningkatan penjualan setelah mulai menggunakan katalog WhatsApp Business. Selain itu, penggunaan katalog ini juga membuat proses transaksi menjadi lebih efisien karena pelanggan bisa langsung melihat detail produk yang ditawarkan dan menghubungi penjual untuk melakukan pembelian. Salah satu pelaku UMKM, Ibu Rini yang memiliki usaha kerajinan tangan, mengungkapkan bahwa penggunaan katalog ini sangat membantunya dalam menjangkau pelanggan dari luar desa. “Sebelumnya, saya hanya mengandalkan penjualan dari mulut ke mulut. Sekarang, dengan adanya katalog di WhatsApp, produk saya bisa dilihat banyak orang tanpa harus repot-repot datang ke sini,” katanya dengan antusias.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Beberapa pelaku UMKM di Desa Munggu masih merasa kesulitan dalam menggunakan teknologi ini. Beberapa di antaranya kesulitan dalam mengoperasikan ponsel pintar atau kurang memahami pentingnya penggunaan gambar dan deskripsi yang menarik. Untuk mengatasi hal ini, para mahasiswa KKN memberikan sesi pelatihan tambahan dan pendampingan individu bagi pelaku UMKM yang memerlukan bantuan lebih lanjut.
Secara keseluruhan, program KKN kami di Desa Munggur ini telah memberikan dampak nyata bagi pengembangan UMKM setempat. Penggunaan katalog di WhatsApp Business bukan hanya memudahkan para pelaku usaha dalam memasarkan produk mereka, tetapi juga membuka peluang lebih luas untuk berkembang di era digital. Diharapkan, setelah program KKN berakhir, para pelaku UMKM di Desa Munggu dapat terus mengoptimalkan penggunaan teknologi ini untuk mendukung keberlangsungan dan pertumbuhan usaha mereka.
oleh manajemenfeb | Agu 14, 2024 | Berita, Riset Pengabdian
Wonogiri, 2 Agustus 2024 — Tim II KKN Universitas Diponegoro menggelar sesi spesial di Pondok Pesantren Al Fatah, Dusun Jurug, Desa Pokoh Kidul, Wonogiri, dengan misi penting: menjadikan para santri sebagai motor penggerak ekonomi pesantren. Acara ini dirancang untuk membekali santri dengan keterampilan pemasaran yang akan mengubah potensi mereka menjadi kekuatan ekonomi nyata.
Pondok Pesantren Al Fatah Wonogiri dikenal memiliki potensi besar dalam mengembangkan produk-produk unggulan berupa perkebunan cabai dan basreng. Namun, tantangan utama yang mereka hadapi adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan praktis dalam pemasaran. Santri masih perlu didorong untuk menguasai strategi pemasaran modern, sementara akses mereka terhadap teknologi dan informasi terkini masih terbatas. Untuk menjawab tantangan ini, Tim II KKN Universitas Diponegoro menghadirkan sebuah program inovatif yang menyasar langsung kebutuhan tersebut.
Acara ini diikuti oleh 115 santri dan berlangsung dari pukul 07.00 hingga 12.00. Dalam sesi tersebut, santri diperkenalkan pada rahasia sukses pemasaran modern, mulai dari evolusi pemasaran (Marketing 1.0 hingga 5.0), hingga pentingnya strategi Marketing 360 dan penggunaan media sosial sebagai senjata utama dalam mempromosikan produk. Tidak hanya teori, santri juga diajak untuk langsung terjun dalam praktik, seperti membuat konten pemasaran yang mampu menarik perhatian, memahami algoritma platform sosial, dan meningkatkan interaksi dengan audiens di Instagram serta TikTok.

Hasilnya, para santri kini lebih percaya diri untuk memasarkan produk-produk pesantren dengan cara yang lebih canggih dan efektif. Diharapkan, dengan keterampilan baru ini, Pondok Pesantren Al Fatah Wonogiri dapat memanfaatkan potensinya secara maksimal dan menjadi contoh sukses dalam menggerakkan ekonomi berbasis komunitas.
Antusiasme santri dan pengurus pesantren terhadap acara ini sangat tinggi. Mereka mengaku bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dengan kebutuhan mereka saat ini. Dengan acara ini, Pondok Pesantren Al Fatah Wonogiri semakin optimis untuk meraih sukses dalam berbagai usaha yang mereka jalankan, menjadikan santri tidak hanya sebagai penerus tradisi keagamaan, tetapi juga sebagai inovator ekonomi yang berdaya saing tinggi.
oleh manajemenfeb | Agu 13, 2024 | Berita, Riset Pengabdian
Karanganyar, 19 Juli 2024 – Desa Munggur, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar yang dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi ekonomi lokal yang cukup besar. Dengan jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mencapai sekitar 40 unit, desa ini menjadi pusat kegiatan ekonomi yang signifikan di wilayahnya. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan akan transaksi yang lebih efisien, muncul kebutuhan untuk mengadopsi sistem pembayaran digital yang lebih modern dan praktis.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam transaksi keuangan, saya Alif Pasya Mudzaki dari program studi Manajemen yang telah melakukan sosialisasi dan mengusahakan pengimplementasi an Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bagi para pelaku UMKM. QRIS merupakan sistem pembayaran digital yang disediakan oleh Bank Indonesia dan bertujuan untuk memudahkan transaksi tanpa uang tunai melalui satu kode QR yang dapat digunakan oleh berbagai platform pembayaran.
Selama pelaksanaan KKN, kami melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada para pelaku UMKM di Desa Munggur. Mereka mengajarkan cara penggunaan QRIS, mulai dari pendaftaran hingga penerapan dalam transaksi sehari-hari. Pelatihan ini berlangsung selama dua minggu dengan metode langsung di lapangan. Para pelaku UMKM diajak untuk mengaplikasikan QRIS pada kegiatan penjualan mereka, baik di toko fisik maupun saat berjualan di pasar. Tim KKN juga membantu UMKM dalam proses pendaftaran dan integrasi sistem QRIS dengan perangkat yang sudah dimiliki oleh para pedagang.
Penerapan QRIS di Desa Munggur menunjukkan hasil yang positif. Sebanyak 35 dari 40 UMKM berhasil mengadopsi sistem QRIS dalam transaksi mereka. Para pelaku UMKM mengaku bahwa penggunaan QRIS sangat membantu dalam mempercepat proses transaksi dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu, penggunaan QRIS juga mengurangi risiko kehilangan uang tunai dan memberikan kemudahan dalam pencatatan keuangan.
Salah satu pemilik warung makan di Desa Munggur, Ibu Siti, mengatakan bahwa dengan adanya QRIS, pelanggan lebih sering melakukan pembayaran secara digital, terutama pelanggan muda yang sudah terbiasa dengan teknologi. “Saya merasa terbantu sekali, tidak perlu repot memberikan kembalian. Semua transaksi langsung tercatat di aplikasi,” ujar Ibu Siti.
Namun, tidak semua pelaku UMKM langsung merasa nyaman dengan teknologi ini. Beberapa di antaranya masih merasa kesulitan dalam memahami cara kerja QRIS, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan smartphone. Tim KKN terus memberikan pendampingan intensif agar semua pelaku UMKM dapat merasakan manfaat dari sistem ini.
Secara keseluruhan, program KKN dalam penerapan QRIS di Desa Munggur berhasil membawa perubahan yang signifikan bagi para pelaku UMKM. Meskipun masih ada beberapa tantangan, manfaat dari penggunaan QRIS di desa ini jelas terlihat. kami berharap bahwa langkah ini akan menjadi awal dari transformasi digital yang lebih luas di kalangan UMKM di daerah pedesaan lainnya.
